HUKUM MELAFALKAN NIAT SOLAT MENURUT 4 MAZHAB



بــــــــسم الله الرحمن الرحيم,وبه نستعين

TANYA :
"Apa hukum melafalkan niat solat,padahal Rasul ,sahabat tidak mengajarkan?"

JAWAB :

الحمدلله وصلى الله  على النبي الكريم واله وأصحابه وأتباعه أجمعين.أمابعد 

"Melafalkan niat itu sunnah" berdasarkan berdasarkan Mazhab Syafii,tujuannya untuk membantu mewujudkan kekhusyuan Dan menghilangkan was-was,bukan dianggap sebagai Niat yang menjadi rukun solat.

Adapun 3 mazhab  yang lainnya tidak menyalahkan dan tidak pula menggalakan kecuali bagi orang yang was-was.

Hanya mazhab Wahabi saja yang menganggap talaffuzunniyah (pelafazan niat) ini sebagai Amal Bid'ah 

Dibawah ini akan saya sertakan pendapat masing - masing mazhab secara ringkas :

Mazhab Hanafi
 Imam Ibnu Nu'aim berkesimpulan bahwa madzhabnya berpendapat bahwa melafadzkan niat itu adalah sebuah hal yang mustahabb (disukai), dan tidak dilarang,terutama lagi jika tujuannya untuk membantu Hati dalam memastikan niat

وَالْمُخْتَارُ أَنَّهُ مُسْتَحَبٌّ وَخَرَجَ عَنْ هَذَا الْأَصْلِ مَسَائِلُ: مِنْهَا النَّذْرُ لَا تَكْفِي فِي إيجَابِهِ النِّيَّةُ بَلْ لَا بُدَّ مِنْ التَّلَفُّظِ

“dan yang menjadi pendapat pilihan (madzhab) ialah (melafadzkan niat itu) Mustahabb (disukai), dan ini tidak berlaku untuk beberpa masalah, seperti nadzar. Karena nadzar tidak cukup hanya niat tapi justru harus melafadzkan” (Al-Asybah wa Al-Nazoir 41)

Mazhab Maliki
Dalam mazhab ini Melafadzkan niat dihukumi sebagai "khilaful ula" yaitu suatu peringkat hukum antara "makruh dan mubah"
Melafadzkan niat dalam setiap ibadah tidaklah dilarang, akan tetapi lebih baik itu ditinggalkan. Namun dikecualikan untuk mereka yang was-was dan selalu ragu akan niatnya, maka yang seperti itu menjadi lebih baik untuk dilafadzkan agar hilang keragu-raguannya akan niatnya sendiri.

خِلَافِ الْأَوْلَى) لَكِنْ يُسْتَثْنَى مِنْهُ الْمُوَسْوِسُ فَإِنَّهُ يُسْتَحَبُّ لَهُ التَّلَفُّظُ بِمَا يُفِيدُ النِّيَّةَ لِيَذْهَبَ عَنْهُ اللُّبْسُ

“itu menyelisih yang lebih utama (utamanya tidak dilafadzkan), akan tetapi dikecualikan bagi mereka yang peragu, baginya itu justru lebih baik dilafadzkan agar hilang keragu-raguannya”. (Hasyiyah Al-Dusuqi 1/234)

Mazhab Syafii 
Ulama dari mazhab ini berpendapat bahwa melafadzkan niat itu sunnah dan ada juga yang mengatakan mustahab dalam setiap ibadah. ini dikerjakan untuk membantu menguatakan apa yang sudah diniatkan dalam hati agar tidak ada lagi was-was dan keraguan.

Salah satu kalimat Imam Al-Syirbini dalam Mughni Al-Muhtaj,

( ويندب النطق ) بالمنوي ( قبل التكبير ) ليساعد اللسان القلب ولأنه أبعد عن الوسواس

“(dan disunnahkah melafadzkan) apa yang diniatkan (sebelum takbir) untuk lisan membantu hati dan itu juga berguna untuk menjauhkan keragu-raguan (was-was).” (Mughni Al-Muhtaj 1/150)

Imam Ramli mengatakan:

وَيُنْدَبُ النُّطْقُ بِالمَنْوِيْ قُبَيْلَ التَّكْبِيْرِ لِيُسَاعِدَ اللِّسَانُ القَلْبَ وَلِأَنَّهُ أَبْعَدُ عَنِ الوِسْوَاسِ وَلِلْخُرُوْجِ مِنْ خِلاَفِ مَنْ أَوْجَبَهُ

“Disunnahkan melafalkan niat menjelang takbir (shalat) agar mulut dapat membantu (kekhusyu’-an) hati, agar terhindar dari gangguan hati dank arena menghindar dari perbedaan pendapat yang mewajibkan melafalkan niat”. (Nihayatul Muhtaj, juz I,: 437)

Akan tetapi melafadzkan niat itu sendiri bukanlah niat. karena niat itu apa yang ada dalam hati. jadi kalau ditinggalkan pun tidak mengapa. dan kalau apa yang dniatkan dalam lisan itu berbeda dengan yang dihati, maka yang dihitung ialah yang di hati,karena Niat adalah amalan hati.

Mazhab Hambali
Mazhab ini tidak menganjurkan perladzan niat juga tidak menyalahkan orang mengamalkannya ;bahkan tidak ada keluar dari salah satu ulama madzhab Hanbali bahwa melafadzkan niat itu bid’ah. Salah satu dari pernyataan Imam Al-Mardawi dalam Al-Inshof :

لا يستحب التلفظ بالنية على أحد الوجهين وهو المنصوص عن أحمد

“dan tidak disunnahkan (tidak disukai) melafadzkan niat dari 2 pendapat (sunnah dan tidak sunnah) yang ter-manshush dari Imam Ahmad”. (Al-Inshof 1/110)


Mazhab Wahabi

1.Fatwa Ibnu Taimiah
بَل الجاهِرُ بِالنِّيَّةِ مُبْتدِعٌ مُخالِفٌ لِلشَّريعةِ، إذا فعَلَ ذَلكَ مُعتقِدًا أنَّه من الشَّرْعِ، فَهُوَ جَاهِلٌ ضَالٌّ، يَسْتحِقُّ التَّعْزيرَ؛ وإلاَّ العُقُوبة على ذَلكَ،
"Bahkan menzahirkan "Niat diawal solat itu termasuk Hal yang baru bid'ah ; menyalahi Syariat,pelakunya tidak tahu,sesat,pelakunya berhaq dita'dzir atau(diberi hukuman ) atas amal bid'ah yang telah ia lakukan

2.Fatwa Bin Baz

هذا لا أصل له، بل هو من البدع التي أحدثها بعض الناس، وإن كان قال ذلك بعض أهل العلم المتأخرين، لكنه ليس بمشروع، والصواب: أنه لا يقول ذلك، ولكن ينوي بقلبه،

Masalah (menzahir lafazh niat) ini memang tidak ada dasarnya sama sekali,bahkan termasuk Hal yang baru (bid'ah) yang sudah terjadi di masyarakat dan walaupun para ulama Mutaakhirin telah menfatwakan (boleh) ;tetap saja masalah ini tidak disyariatkan,pendapat yang shahih dalam masalah ini adalah "Tidak menzahirkan niat solatnya,cukup dalam hati saja "

3.Fatwa Syeikh Muqbil
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi‘i t ditanya:
Apakah melafadzkan niat termasuk perkara yang diada-adakan dalam agama (bid‘ah), sementara di dalam kitab Al-Umm disebutkan keterangan hal ini secara samar (yakni niat harus dilafadzkan)? Jelaskan pada kami tentang permasalahan ini.
Jawab: Melafadzkan niat teranggap sebagai perbuatan yang diada-adakan dalam agama (bid‘ah), sementara Allah I telah berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia:

“Katakanlah: Apakah kalian akan memberitahukan kepada Allah tentang agama kalian?” (Al-Hujurat:16)

3 Hal Penting :
1.Jika ingin menzahirkan niat maka shighoh (bentuk)lafazhnya adalah :
نويت،أصلي atau نويت أصلي, antara nawaitu dan usholli itu terdapat perbedaan ,dalam konten berikutnya insyaallah akan saya tuliskan,yang jelas begitulah sighotnya Niat yang masyhur.

2.Harus kita fahami pentingnya mengikuti salah satu dari 4 mazhab yang telah diakui oleh jumhur ulama dan teruji kekuatan serta keshahihan ilmunya selama puluhan abad sampai sekarang ini,mengakui dan mengikuti salah 1 dari 4 Mazhab tersebut merupakan kesempurnaan Iman

3.Hikmah Melafazhkan Niat Solat :
Pemirsa Yang Budiman!
Ditengah sibuknya kita bekerja dan beraktivitas duniawi tiba-tiba terdengar suara adzan untuk solat maka tentu kita segera memenuhi panggilan solat dengan melalui berbagai macam persiapan solat tentunya,nah. . . . pada saat berdiri dihadapan AllohTa'ala untuk solat otak dan hati kita tidak sepenuhnya khusyu ; rata-rata masih meninggalkan fikiran-fikiran duniawi yang masih tersimpan dalam benak dan memori masing-masing.
Nah.....menzahirkan atau melafalkan ini adalah salah usaha untuk mengikis dan meminimalisir suara -suara hati dan pemandangan-pemandangan yang masih tersirat dalam fikiran.

Walloh'alam

Ahmad hikam suni

Disarikan Dari :
1.http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1389877104
2.https://www.nu.or.id/post/read/11269/melafalkan-niat-dalam-shalat
3.https://binbaz.org.sa/fatwas/
4.http://iswy.co/ev089
5.File Saya :https://drive.google.com/file/d/1yLDAg00CZ3F9kl7MyRJncIf-mjjT03dN/view?usp=drivesdk
6.https://www.google.com/amp/asysyariah.com/hukum-melafadzkan-niat/amp/

Komentar

Postingan Populer