MAKNA AYAT PADA GARIS MERAH ; AYAT "ولاتنابزوا بالألقاب "
بــــــــسم الله الرحمن الرحيم
Jangan Saling Memanggil dengan Julukan Buruk
(Tafsir dan Renungan dari Surah Al-Ḥujurāt Ayat 11)
Para mufassir bersepakat bahwa kesimpulan ayat ini adalah "melarang segala bentuk ucapan yang sifatnya merendahkan; menjatuhkan martabat harga diri orang lain,entah itu berbentuk ejekan, sindiran, atau sekadar panggilan yang menyinggung walau main-main, semua termasuk dalam kategori tanābuz bil-alqāb"
Perbuatan semacam ini menodai kesempurnaan iman dan mencederai ukhuwah. Karena itu, Allah menutup ayat ini dengan peringatan keras:
> “
Barang siapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim
.”
Ayat ini adalah bagian dari rangkaian perintah berakhlak sosial dalam Surah Al-Ḥujurāt — suatu surat yang menjadi pedoman adab bermasyarakat dan bersosial dalam Islam.
Tujuan Larangan “Tanābuz bil-Alqāb”
Larangan ini hadir untuk memberikan penjagaan terhadap kehormatan sesama muslim dan menutup pintu permusuhan yang lahir dari ucapan termasuk anggota tubuh yang menujukkan gestur menghina . Allah ingin membentuk masyarakat dunia terutama Muslim yang bersih hati dan terjaga lisannya — masyarakat yang tidak saling mencela, menghina, atau mengungkit masa lalu saudaranya.
Julukan buruk, ejekan, atau sindiran memang bisa tampak ringan sekali di bibir kita , tetapi di mata syariat itu termasuk berat dan diklaim fusuq ( buruk ) — perbuatan kefasikan setelah seseorang beriman,
Adapun uraian para mufassirin itu sebagai berikut :
1. Makna Potongan Ayat
Allah Ta‘ala berfirman:
وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ
Berarti :
"Dan janganlah kalian saling memanggil dengan gelar-gelar (julukan) yang buruk"
Lengkapnya sbb :
> وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Dan janganlah kalian saling memanggil dengan gelar-gelar (julukan) yang buruk. Seburuk-buruk nama ialah (panggilan) fasik sesudah beriman. Barang siapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-Ḥujurāt [49]: 11)
3. Penjelasan Para Mufassirin Yang Empat
📘 Tafsir Kitab al-Jalālain
> وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ أي لا يدعُ بعضُكم بعضاً بلقبٍ يكرهه.
“Janganlah sebagian kalian memanggil sebagian yang lain dengan julukan yang dibenci olehnya.”
Makna: Larangan ini mencakup semua panggilan yang sifatnya menyinggung,ejekan dsb, meskipun berbentuk candaan atau iseng.
📗 Tafsir Kitan al-Qurṭubī
> قال ابن عباس: هو أن يكون الرجل قد عمل السوء ثم تاب، فلا تعيّروه بما كان عمله.
وقال مجاهد: هو قول الرجل للرجل: يا فاسق، يا كافر.
Makna:
Ibn ‘Abbās menarangkan bahwa larangan ini termasuk mencela ( atau mengungkit) seseorang karena dosa masa lalunya setelah ia bertobat.
Mujāhid menambahkan, contohnya ialah seseorang memanggil saudaranya dengan sebutan “hai fasik” atau “hai kafir.”
Qultu : Senang dan bangga diungkit keburukan masa lalunya itu, masuk dalam permasalahan lain dan ada hukumnya tersendiri , insyaallah suatu hari kita bahas juga, demikian pula perkataan yang lebih ringan dari kafir ,munafik ,fasik , pendosa dsb seperti Hai Gendul ,cebol ,tiang listrik karena dia kurus dsb itu juga termasuk tanābuz bil AlQāb
📙 Tafsir Ibnu Katsīr
> أي لا تسمُّوا الناس بالألقاب السّيئة التي يكرهونها، فإنّ ذلك محرّم بعد الإيمان.
وكان السلف يكرهون التنابز بالألقاب ولو على سبيل المزاح.
Artinya:
“Janganlah kalian menamai orang-orang (manusia)dengan julukan ,gelar yang tidak disukai mereka ( benci), karena yang demikian itu diharamkan oleh syariat setelah beriman. Para ulama salaf sangat membenci perbuatan ini, bahkan walaupun jika dilakukan dalam bentuk candaan.”
📔 Tafsir al-Bayḍāwī
> أي لا يدعُ بعضكم بعضاً بما يكرهُهُ من الأسماء، فإنّ ذلك يورث العداوة والبغضاء.
Makna:
“Janganlah sebagian kalian memanggil sebagian lain dengan nama yang tidak disukainya / dibencinya, sebab hal itu menimbulkan ketidak nyamanan ,kebencian bahkan permusuhan .”
5. Keutamaan Menjaga Lisan dan Memasukkan Rasa Senang Ke Hati Seorang Muslim
🌿 Menjaga Lisan
Rasulullah ﷺ bersabda:
> «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ»
“Barang siapa beriman kepada AllahTa'ala dan hari akhir(Kiamat), hendaklah (lisannya ) dia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dan beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda pula:
> «إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لاَ يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا»
“Seseorang bisa saja mengucapkan satu kalimat yang (mungkin) dianggap sepele, namun karena ucapan itu ia terjerumus ke dalam (lembah) neraka (yang dalamnya) sejauh tujuh puluh tahun.”
(HR. Tirmidzi)
🌸 Menyenangkan Hati Seorang Muslim
Rasulullah ﷺ bersabda:
> «أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ»
“Amalan yang paling dicintai AllahTa'ala adalah kegembiraan yang engkau masukkan ke dalam hati seorang Muslim.”
(HR. Ṭabarānī)
Sehingga ia tersenyum ikhlas lantaran senangnya
Dan dalam hadits lain disebutkan :
> «الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ»
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya; ia tidak menzaliminya dan tidak merendahkannya.”
(HR. Muslim)
Menjaga lisan dan menebar kalimat-kalimat baik yang menenangkan adalah bagian dari ibadah sosial yang paling dicintai Allah.
6. Solusi Agar Lisan Terjaga dari Memburukkan Sesama Manusia
1. Diam pada saat marah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Apabila engkau sedang marah, maka diamlah.” (HR. Ahmad)
atau minimal berusahalah untuk diam
2. Pikirkan akibatnya sebelum berbicara!
Ukur setiap kata dengan kaidah:
"Apakah kata ini bermanfaat dan membuat orang lain bahagia?"
Qiltu : Dalam hal ini terdapat rukun berbicara menurut Jalinus Jumlahnya ada lima,istilah ini mungkin baru dimunculkan , tapi bisa juga dikatakan semacam "rukun berbicara" atau mungkin bisa mungkin bisa juga disebut kaifiat aturan tata cara berbicara.
3. Ganti kalimat yang mengandung ejekan dengan kalimat yang mengandung doa.
Saat melihat kekurangan orang lain, ucapkan:
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي عَصَمَنِي مِمَّا ابْتُلِيَ بِهِ غَيْرِي
“Alhamdulillah yang telah menjaga aku dari hal yang tidak disukai tersebut atau serupa itu.
Atau baca
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي عَافَانِي مِمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ، وَفَضَّلَنِي عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلًا، لَمْ يُصِبْهُ ذَلِكَ الْبَلَاءُ"
4. Gunakan panggilan baik dan penuh penghargaan.
Panggil orang dengan nama yang ia sukai, bukan dengan sindiran.
Jika perlu tanya ,apa panggilan yang kamu sukai ?.
5. Hindari majelis Yang Terbiasa ghibah ( Gasip) dan candaan menghina.
Jika pembicaraan mulai menjurus ke celaan, ubah arah topik pembicaraan atau tinggalkan saja lebih aman .
6. Sibukkan lisan dengan dzikir dan Al-Qur’an.
Lisan yang selalu bedzikir tak akan sempat mengucap keburukan orang lain.
Penutup
Lisan adalah cermin hati.
Bila hati bersih, maka yang keluar dari lisan adalah kebaikan dan kebersihan.
Ayat “وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ” bukan sekadar larangan sosial — ia adalah perintah ilahi, contoh bagi manusia khususnya yang sudah beriman, contoh bagaiman Allah sendiri memuliakan manusia, agar memuliakan sesamanya sebagaimana Allah telah memuliakannya.
🌿 Satu kata bisa melukai, tetapi satu kata pula bisa menyembuhkan.
Maka jadikanlah lisanmu penebar rahmat kasihsayang, bukan sumber luka dan malapetaka.

Komentar
Posting Komentar
Silahkan Tanggapi ! Bebas Sopan.....