Kesimpulan Para mufassir Mengenai Potongan Ayat Ini : 7 Hud
بــــــــسم الله الرحمن الرحيم، الحمدلله رب العالمين.وبه نستعين مصليا ومسلما ومتبركا ومتوسلا على سيدنامحمد الأمي الكريم.أما بعد؛
1.Kesimpulan 2.Uraian dan 3.penutup,
jika pemirsa ingin membacanya silakan baca di sini dan selamat membaca
Pertama : Kesimpulan
Yakni para mufassir menyimpulkan mengenai potongan ayat
“وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ”
Umumnya para mufassir menyimpulkan ayat tersebut sebagai berikut:
"Ayat ini menunjukkan bahwa keagungan dan kekuasaan Allah Ta'ala itu nyata — bahwa Dia menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari, dan sebelum (atau pada) penciptaan itu, ‘Arsy-Nya berada di atas air"
Misalnya:
“أَنَّهُ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ … وَأَنَّ عَرْشَهُ كَانَ عَلَى الْمَاءِ”
— kata Ibn Katsir dalam tafsirnya.
Bahwa “air” (مَاءِ) dalam konteks ini melambangkan bahan pertama dari seluruh ciptaanNya, atau keadaan asal sebelum penciptaan langit-bumi terbentuk.
Bahwa “Arsy-Nya berada di atas air” menunjukkan bahwa sebelum terciptanya langit dan bumi, ada Arsy yang berada di atas air — hal ini menegaskan bahwa ciptaan (termasuk langit‐bumi) adalah bawahan kekuasaan Allah.
Mufassir juga menekankan bahwa bagaimana “kedudukan Arsy” atau “bagaimana air dan Arsy” secara hakikatnya adalah perkara ghaib,
(tak dapat dijelaskan secara tepat oleh akal manusia) —
maka banyak mufassir meminta untuk “menerima” saja, tanpa harus terperinci cara-nya. Misalnya Sayyid Qutb menyatakan bahwa urusan “bagaimananya ” itu, tidak menjadi pokok utama, yang menjadi pokok terpenting adalah sikap pengakuan kita, akan kekuasaan Allah Ta'ala.
Dalam pandangan akidah Islam, Allah Ta‘ala jelas tidak memerlukan Arsy dan air, karena keberadaan keduanya tidak memberi tambahan apa pun bagi kekuasaan dan kesempurnaan-Nya. Ke 2 nya diciptakan semata ' mata untuk menunjukkan kebesaran dan keagungan AllahTa'ala, sekaligus juga menjadi sarana bagi akal manusia — yang terbatas — untuk mengenal kemahatinggian AllahTa'ala sebagai Sang Pencipta.”
Makna ayat ini juga terkait dengan tujuan penciptaan: setelah disebut bahwa Arsy-Nya berada di atas air, Allah berfirman لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً —
yakni bahwa penciptaan ini adalah untuk menguji manusia dalam amalnya.
Jadi, kesimpulan ringkas: ayat ini menegaskan bahwa Allah memiliki kekuasaan mutlak, bahwa penciptaan alam semesta berawal dari keadaan atau bahan yang disebut “air”, dan bahwa keberadaan Arsy di atas air menunjukkan dominasi dan hak-kepemilikan Allah atas seluruh ciptaanNya. Selain itu, ada makna etisnya: sesungguhnya tujuan manusia itu diciptakan, adalah untuk diuji dalam amal.
“Segala macam kebesaran yang ditampakkan Allah kepada para hambaNya bukan untuk sekedar dikagumi semata, melainkan agar hati manusia tertuntun menuju tujuan penciptaannya: beribadah kepada-Nya,sehingga pengagungannya kepada Sang Robb lebih baik .”
Kedua ; Uraian Para Mufassir
Berikut ini beberapa uraian dari mufassir utama, lengkap dengan ibarah Arab-nya:
a) Tafsir Ibn Katsir
> « يُخْبِرُ تَعَالَى عَنْ قُدْرَتِهِ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ … وَأَنَّ عَرْشَهُ كَانَ عَلَى الْمَاءِ قَبْلَ ذَلِكَ … »
Dan beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
« كَانَ اللَّهُ قَبْلَ كُلِّ شَيْءٍ، وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ »
Ibn Katsir menyebut bahwa ayat itu menunjukkan penciptaan langit-bumi setelah Arsy di atas air, sebagai tanda kekuasaan Allah.
b) Tafsir Fakhr al‑Dīn al‑Rāzī (dalam Mafātīḥ al-Ghayb)
> « قوله تعالى: {وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ} … إذن فالعَرْشُ والماءُ كانا قبل السماواتِ والأرضِ »
Rāzī menjelaskan bahwa dari ayat ini dapat dipahami bahwa :
"Arsy dan air keduanya diciptakan sebelum langit dan bumi". Beliau juga memuat sejumlah pendapat ulama bahwa “air” itu bahan pertama, dan bahwa Arsy di atasnya menunjukkan dominasi.
c) Tafsir Muhammad Rashīd Rāshid (dalam Tafsīr al-Manār)
> « … {وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ} أي: وكان سرير ملكه في أثناء هذا الطور من خلق هذا العالم أو من قبله على الماء. »
Menurut Rashīd, makna “على الماء” adalah bahwa pada saat proses penciptaan alam atau sebelum-nya, “air” adalah substansi atau kondisi yang menjadi dasar, dan Arsy Allah duduk di atasnya. Beliau lalu mengaitkan “air” tersebut dengan firman Allah di tempat lain:
« … جَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ »
(al-Anbiyā’ 30) sebagai bukti bahwa air adalah bahan asal kehidupan.
d) Tafsir Muhammad ‘Alī al‑Ṣābūnī (melalui artikel “معنى الماء …”)
> « فالماء في الآية بمثابة المادّة الأولى التي خُلِقَتْ منها كلّ الأشياء … »
Menurut al-Ṣābūnī (via kajian artikel), “air” di sini dianggap sebagai materi pertama, yang kemudian darinya semua makhluk hidup dan alam semesta diciptakan.
e) Tafsir Sayyid Qutb (dalam Fi Zhilāl al-Qur’ān)
> « … والجديد هنا في خلق السماوات والأرض هو الجملة المعترضة: (وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ) وما تفيده من أنه عند خلق السماوات والأرض … كان هناك الماء؛ وكان عرشُ الله سبحانه على الماء. »
Qutb melihat ayat ini sebagai “pernyataan interupsi” (جملة معترضة) yang menunjukkan bahwa ketika Allah menciptakan langit dan bumi, “ada air dan Arsy-Nya berada di atasnya”. Beliau menekankan bahwa kita tak perlu mencari secara terlalu rinci bagaimana-nya (“كيف”) karena itu termasuk ghaib.
Untuk kesimpulannya pemirsa boleh kembali melihat di bagian pertama di bagian pertama!
Ketiga : Penutup
Potongan Ayat tersebut
— “وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ” —
mengandung beberapa makna pokok:
Tanda kekuasaan AllahTa'ala atas seluruh ciptaanNya, bahwa segala sesuatu terikat dan bergantung kepada Nya dan Dialah menguasai segala‐nya.
“Air” sebagai simbol atau kondisi awal penciptaan, bahan mula-mula sebelum tersusun langit dan bumi.
“Arsy berada di atas air” menunjukkan kedudukan Allah yang Maha Tinggi, tidak terbatas oleh ruang atau waktu dalam makna biasa manusia.
Makna etis: karena Allah telah menciptakan semesta dan mendudukkan Arsy-Nya di atasnya, maka ( tujuan ) manusia diciptakan adalah untuk diuji dalam amalnya (لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً).
Perihal “bagaimana” (كيف) persisnya Arsy dan air berada atau bagaimana struktur penciptaannya bukanlah tujuan ayat — yang utama adalah pengakuan akan kebesaran Allah dan sikap tunduk di hadapan-Nya, agar manusia lebih terbantu untuk fokus pada tujuannya yaitu ibadah ( Hikam )
Samudra Kata

Komentar
Posting Komentar
Silahkan Tanggapi ! Bebas Sopan.....